Senin, 10 Juni 2013

(lanjutan) KASUS PLAGIASI NOVEL "AMSTERDAM IK HOU VAN JE" KARYA ARUMI E


Novel AIHJ hal.238
Artikel “Berburu Cenderamata di Bloemenmarkt,” sumber: Kompas 
Pasar terapung Bloemenmarkt terletak di wilayah Centrum Amsterdam, di salah satu kanal tertua Singel di antara Muntplein dan Koningsplein.
 

Banyak juga kios yang menjual cinderamata seperti miniatur kincir angin, bunga tulip dari kayu atau kain silk, sepatu kayu khas Belanda yang biasa disebut klompen, keramik bermotif Delft Blue yang berbentuk rumah khas Belanda atau piring, gelas, hiasan rumah, vas bunga, alat rumah tangga, aneka gantungan kunci, kulkas magnetik serta hiasan lainnya yang semuanya bernuansa Belanda.

Kios-kios di pasar terapung tidak hanya dimiliki warga asli Belanda, tapi juga para pendatang seperti warga India, Timur Tengah yang sudah menjadi warga negara Belanda.
Pasar terapung Bloemenmarkt terletak di wilayah Centrum Amsterdam sekitar wilayah pertokoan, di salah satu kanal tertua Singel di antara Muntplein dan Koningsplein dan didirikan pada tahun 1862.
 
Berbagai cenderamata yang bisa ditemukan di pasar ini antara lain kincir angin, bunga tulip dari kayu atau kain silk, sepatu kayu khas Belanda (klompen), keramik bermotif Delft Blue yang berbentuk rumah khas Belanda atau piring, gelas, hiasan rumah, vas bunga, alat rumah tangga dan juga aneka gantungan kunci. Selain itu ada kulkas magnetic (magnet memo holder) serta hiasan lainnya yang bernuansa Belanda tentunya.  


Kios-kios di pasar terapung tidak hanya dimiliki warga asli Belanda tapi juga para pendatang seperti warga India, Timur Tengah yang sudah menjadi warga negara Belanda.  

Novel AIHJ hal.256-257
 
Artikel “Pesona Kincir Angin Belanda Nan Legendaris,” sumber: Kompas
Keindahan objek wisata di tempat ini terutama adalah pemandangan kincir angin yang terletak berjajar di sepanjang tepian sungai Zaan, di tengah hamparan daerah pertanian yang hijau dengan rumah-rumah tradisional Belanda yang tampak di beberapa tempat.
keindahan obyek wisata di Zaanse Schans terutama pemandangan kincir angin yang terletak berjajar di pinggiran sungai yang besar dan di tengah hamparan daerah pertanian yang hijau serta rumah-rumah tradisional Belanda.
 

Novel AIHJ hal.302-303
Artikel “Menumpang Kereta Cepat Amsterdam-Paris”,   sumber: Detik 
Kereta cepat ini dikelola oleh perusahaan patungan Belgia, Prancis, dan Jerman.
 
Kabin kereta ini bernuansa merah, seperti juga warna luarnya. Kereta ini hanya terdiri dari beberapa gerbong. Tersedia tiga puluh tiga kursi di setiap gerbongnya. Kursinya bagus dan empuk, terasa nyaman sekali. Ia melihat di depan kursinya, terlipat sebuah meja berukuran kecil yang dapat digunakan untuk alas makan.
 
Kereta ini terus melaju melewati sejumlah kota di Belanda dan Belgia. Rute yang ditempuh adalah Amsterdam-Rotterdam-Antwerp-Brussels-Paris.
 

Hamparan sawah hijau terbentang luas menawarkan kesejukan, dilatarbelakangi deretan perbukitan. Danau yang jernih dan hutan yang lebat berpadu menciptakan panorama menakjubkan. (modifikasi dari paragraf di sebelah kanan)
Kereta cepat ini dikelola oleh perusahaan patungan Belgia, Prancis, dan Jerman.
 
Kabin kereta yang saya tumpangi juga bernuansa merah, sama seperti cat badannya. Kereta ini tidak terlalu panjang, hanya beberapa gerbong. Setiap gerbong terdiri dari 33 kursi. Kursinya juga bagus, empuk dan nyaman. Di depannya terlipat sebuah meja berukuran kecil, yang bisa digunakan untuk makan.
 
Kereta berkecepatan 157 KM/jam ini melewati sejumlah kota di Belanda dan Belgia. Rute yang ditempuh adalah Amsterdam-Rotterdam-Antwerp-Brussels-Paris.

 
Hamparan sawah terbentang luas dan menghijau tampak menyejukkan mata. Pemandangan alam bukit-bukit juga tak kalah menariknya. Terlihat juga banyak danau dan hutan.
 

5 komentar:

  1. ini mah bener2 ngejiplak habis.

    BalasHapus
  2. wah, kalo comot satu-dua sih masih bisa ditoleransi, namanya juga mencari referensi. tapi kalo hampir semuanya? isi otak orang semua tuh. apalagi kalo gada credits/disclaimer. bikin malu penulis dan penerbit.
    kecewa sama penerbitnya, kok bisa gatau ya?

    BalasHapus
  3. Kalo cuma comot abis itu di susun jadi sebuah 'cerita' terus dibikin buku semua orang juga bisa kali. Parah banget ya kasus plagiat tuh

    BalasHapus
  4. Terlihat membuat asal sih novel ini memang. Dari statement bahwa Belanda adalah negeri bunga tulip saja sudah terlihat penulis tidak meriset; yang notabene bunga itu berasal dari Turki. Semoga jadi pelajaran ya buat penulisnya. Karena sepertinya penulis aktif di beberapa grup penulisan di Facebook :')

    BalasHapus
  5. Ya, ini comot-comot aja. Kalo saja penulisnya kreatif, mestinya kan sumber-sumber tulisan itu dijadikan bahan mentah saja yang masih perlu dicerna, diolah lalu ditulis ulang dengan kerangka berpikir dan kata-kata sendiri. Stop penjiplakan!

    Sebagai penulis, saya pernah menjadi korban penjiplakan juga. Dan sungguh, itu membikin keki! Jadi, saya nitip curcol... ini link-nya. http://fiksi.kompasiana.com/novel/2014/02/28/novel-mengutip-novel-curhat-colongan-penulis-amatir-638414.html

    BalasHapus